Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Gelar Preskon Masalah Tiket Pertandingan Argentina VS Indonesia

Header Menu

Paguyuban Suporter Timnas Indonesia Gelar Preskon Masalah Tiket Pertandingan Argentina VS Indonesia

09 Juni

MENINJAU.COM - Keputusan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) melarang pendukung tim tamu bertandang (away) ke markas lawan di Liga 1 2023/24 dan penjualan tiket laga FIFA Matchday Indonesia vs Argentina mendapat sorotan dan kritik tajam dari Paguyuban Suporter Timnas Indonesia (PSTI). Ketua Umum PSTI Ignatius Indro, menyebut bahwa itu kemunduran.

“Larangan suporter tandang jelas kemunduran besar, kita menyesalkan keputusan dari PSSI karena kita anggap bahwa ini adalah ketidakmampuan PSSI untuk melakukan edukasi dan juga perbaikan suporter,” ungkap Ignatius di Kampus UTA’45 kawasan Sunter, Jakarta Utara, Jumat (9/6/2023).

Lebih lanjut, sebut Indro ketidakbecusan dan ketidakmampuan PSSI terlihat saat mengeluarkan kebijakan penjualan tiket laga FIFA Matchday Indonesia vs Argentina secara online. Indro menyebut PSSI tidak menganggap penting peran suporter timnas dalam laga tersebut.

“Kita menyesalkan kejadian ataupun sikap dari PSSI ini, sementara untuk tiket sendiri kita melihat ini adalah hanya berupa hiburan dan menghilangkan suporter yang akan mendukung Timnas Indonesia. Padahal ini peluang bagi suporter mendukung Timnas Garuda, namun kesempatan ini menjadi hilang karena harganya mahal, dan dijual online sehingga membatasi suporter asli Timnas Garuda dalam mendapatkan tiket,” kata Indro.

Selain itu menurut Indro, PSSI hanya mencari keuntungan semata dan pertandingan Indonesia vs Argentina sekedar hiburan karena dukungan suporter timnas Indonesia dipastikan tidak hadir menonton laga tersebut karena banyak yang tidak mendapat kuota tiket pertandingan.

“Ini bukti juga bahwa penjualan tiket online mengabaikan peran dan dukungan suporter timnas Indonesia. Bagaimana situasi di dalam stadion nanti ?. Siapa yang membela Timnas jika suporter Timnas ini benar-benar di terabaikan. Jadi kita menyesalkan cara-cara seperti ini dan juga komunikasi yang sangat buruk dilakukan oleh pihak PSSI di mana kita sudah berusaha berkomunikasi dengan pengurus namun kita diabaikan. Maka kami anggap laga ini ini benar-benar hanya mencari hiburan dan juga keuntungan semata,” jelas Indro menambahkan.

Parto Bangun selaku Pembina PSTI menganggap belum ada perubahan yang signifikan dari kinerja para pengurus PSSI era Erick Thohir maupun era sebelumnya.

“Dari PSSI sebelumnya hingga PSSI saat ini yang tidak berubah itu adalah nama organisasinya, tapi kelakuan dan perilaku Pengurus PSSI tetap sama saja. Pengurus nya terus berganti, tapi sayang perilaku tetap sama yakni ketidakmampuan mengurus sepakbola Indonesia,” ujar Parto.

Sementara itu, Sekjen PSTI Abe Tanditasik menganggap kebijakan PSSI melarang suporter away dalam pertandingan liga benar-benar keterlaluan.

“Kalau kemudian Pak Erick Thohir beralasan tragedi Kanjuruhan itu sebagai penyebab maka saya tegaskan bahwa di Kanjuruhan itu tidak ada suporter Persebaya pada saat itu atau suporter tandang dan semuanya disitu adalah suporter Arema. Kita tahu bahwa kesalahan utama adalah pintu tidak dibuka 10 menit sebelum selesai pertandingan. Yang paling fatal adalah tidak mentaati regulasi dari FIFA tidak boleh membawa senjata jenis apapun tidak boleh ada gas air mata dan itulah menjadi pangkal terjadinya bencana di stadion tersebut,” tegas Abe.

Sebagai informasi, kebijakan PSSI terkait pelarangan suporter away itu mulai diberlakukan per 1 Juli 2023 sesuai jadwal pertandingan Liga Indonesia. PSSI hanya menjual dan menyediakan total 60.000 tiket pada FIFA Matchday Indonesia vs Argentina.

(