Tol Trans Sumatera: Catatan Emas


Oleh Farhat Abbas

MENINJAU.COM - Baru saja kita saksikan Presiden Jokowi meresmikan jalan tol trans Sumatera ruas Palembang – Bakauheni yang berjarak 373 km. Biasa masa tempuh sekitar 12 jam, kini hanya memerlukan waktu 3 – 3.5 jam. Terjadi efisensi sekitar 75%. Dan, siap menyusul sejumlah ruas tol antar daerah lain atau antarkota di tengah Sumatera ini yang kini memang sedang dikebut pembangunanya. Yang perlu kita catat lebih jauh, bagaimana dampak konstruktif bagi perkembangan ekonomi lokal atas kehadiran tol trans Sumatera itu?

Pertama dan utama dari gagasan besar pembangunan tol trans  Sumatera adalah menciptakan konektisivitas (ketersambungan) antar daerah dan atau antarkota dalam kurun waktu yang relatif lebih singkat atau cepat. Makna substantifnya dan itulah di balik tujuan utamanya adalah bagaimana terjadi gerak arus lalu-lintas barang dan mobilisasi penduduk jauh  lebih cepat, produktif dan aman dari potensi kriminalitas. Dan lebih dari itu juga terdapat bobot keadilan bagi sesama masyarakat.

Pertimbangan percepatan arus lalu-lintas barang sejalan dengan Sumatera merupakan sentra hasil perkebunan dengan beragam jenis. Catatan menunjukkan, Sumatera Selatan (Sumsel) merupakan produsen karet terbesar di negeri ini. Selain itu, juga terdapat hasil perkebunan lainnya seperti sawit, kopi, kelapa dan lada. Semua itu merupakan produk unggulan dari daerah Sumatera Selatan ini.

Sebagai gambaran spesifik, kelapa yang dihasilkan dari Teluk Payo – Kab. Banyuasin (Sumatera Selatan) ini berhasil melakukan ekspor ke delapan negara sebanyak 3.772 ton dengan nilai Rp 112 milyar. Untuk kelapa bulat diekspor ke China, Vietnam dan Thailand. Total tonasenya mencapai 806 ton dengan nilai sekitar Rp 8,1 milyar/bulan. Sementara, karet lempengan asal Sumsel  diekspor ke Rusia, China, Israel, India dan Australia. Total tonasenya mencapai 2.563 ton dengan total nilai sekitar Rp 89,7 milyar/bulan.

Maka, kehadiran tol Palembang – Bakauheni itu, di depan mata berpotensi akan terjadi perkembangan volume ekspor dengan durasi percepatan wakal itu. Secara prediktif, perkembangannya bisa mencapai tiga kali atau 300% sebagaimana efisensi waktu mencapai 75%. Dalam hal ini, kita bisa mencatat bahwa keberadaan tol Palembang – Bakauheni ini memberikan dampak konstruktif secara ekonomi bagi para petani lokal. Juga, memberikan imbas positif bagi para pihak yang terlibat langsung atau tidak pada kegiatan pertanian atau perkebunan itu. 

Dari sisi realitas obyektif peningkatan pendapatan para petani, hal itu akan menumbuhkan spirit baru bagi masyarakat petani untuk lebih menekuni dunia pertanian dan atau perkebunannya. Imbas ini pun berkorelasi positif bagi seluruh penduduk pedesaan atau daerah untuk lebih enjoy tinggal di daerah daripada harus urbanisasi ke wilayah perkotaan dengan nasib yang belum menentu. Inilah imbas positif sekaligus konstruktif pertumbuhan ekonomi daerah dan penduduknya, sekaligus strategi efektif untuk misi besar bertahan di kampungnya. Atau, strategi deurbanisasi. Dengan kata lain, upaya mengembalikan masyarakat perantau di perkotaan ke daerahnya masing-masing selama dirinya tidak jelas nasibnya.
  
Sisi lain, keberadaan tol tersebut – secara langsung atau tidak – berhasil menyingkirkan rasa takut dari kriminalitas yang selama ini cukup terkenal dan menakutkan selagi mengunakan jalan arteri. Bagi kendaraan angkutan barang, maka kelancaran transportasi barang tanpa perampokan (bajing loncat) jelas berkorelasi positif bagi pertumbuhan jumlah komoditas yang siap ekspor atau dipasarkan ke pasar antar kota dan atau antardaerah (antarpulau). Semenrara, tiadanya gangguan bagi pengguna jalan untuk angkutan umum  atau kendaraan pribadi, jelaslah bahwa hal itu menambah tingkat kenyamanan mobilitas intersuler ini. Hal ini berefek pada potensi peningkatan perjalanan. Dengan demikian, areal perjalanan Palembang – Bakauheni dapat diprediksi lonjakannya. Akan menampakkan kondisi lalu-lintas yang dinamis secara ekonomi. 

Tak bisa dipungkiri, tingkat keamanan lalu-lintas dan percepatan masa tempuh perjalanan juga berdimensi lain. Yaitu, keadilan. Landasannya, sejauh ini kondisi yang relatif aman dan percepatan masa tempuh jalan hanya menggunakan pesawat dan itu relatif mahal bagi masyarakat kebanyakan. Kini, dengan hadirnya tol tersebut, masyarakat kebanyakan pun bisa menikmati masa tempuh perjalanan yang cepat, meski naik angutan umum seperti bus. Dimensi keadilan ini sungguh dirasakan dengan hadirnya tol trans Sumatera ini.

The last but not least, kehadiran tol trans Sumatera yang direncanakan ada sepuluh ruas perlu direspon oleh seluruh daerah untuk merancang-bangun area wisata. Letaknya diusahakan tak jauh dari area tol, meski tidak harus persis di sampingnya. 

Seperti kita ketahui, Sepanjang Bukit Barisan terkenal daerah molek. Untuk itu, kehadiran tol trans Sumatera ini perlu dimanfaatkan secara positif dengan cara menghadirkan taman-taman wisata. Jika perlu, seputar rest area tol dirancang area khusus untuk model wisata. Dapat diprediksi, para traveler semakin tergugah untuk menikmati perjalanan panjang Sumatera tanpa dibayang-bayangi kelelahan, apalagi ketidaknyamanan.

Yang perlu dicatat lebih jauh, geliat ekowisata di sekitar daerah baru dekat tol harus dirancang lebih jauh juga dengan menggerakkan produk rumahan dalam bentuk makanan, kerajinan dan lainnya. Dengan demikian, akan terjadilah geliat ekonomi daerah secara menyeluruh. 

Perlu kita catat, geliat ekonomi masyarakat bersifat individual dana tau kelompok. Respositivitas ini perlu dibangkitkan, sehingga daerah dan masyarakatnya benar-benar akan hidup. Perlu kita catat juga, kebangkitan ekonomi daerah merupakan penyangga ekonomi nasional. Sangat boleh jadi, ketika ekonomi di level Pusat sedang diperhadapkan krisis, hal itu tidak berarti akan meloyokan kondisi ekonomi daerah. Inilah makna strategis penguatan ekonomi daerah penyangga. 

Model pembangunan yang interlinkage ini sungguh diperlukan. Dalam kerangka mengamankan sistem perekonomian nasional, di samping misi ekonomi individu atas dasar prinsip kemanusiaan. Dalam kerangka ini pula Partai Negeri Daulat Indonesia (PANDAI) sungguh tergugah bagaimana memaknai realisasi pembangunan tol trans Sumatera. Caranya sederhana: harus cerdas dalam merespon format kebijakan yang bernilai emas itu. 

Karena itu, tidaklah berlebihan jika keluarga besar PANDAI, terutama yang berada di wilayah Sumatera, dan wabil khushush Sumatera Selatan untuk segera mengambil peran ekonomi secara konstruktif. Perlu dibangun kelompok baru PANDAI yang bergerak di bidang ekonomi, meski tidak harus dalam sekala industri besar, seperti sektor kuliner dan atau kerajianan. Yang perlu dibangun bersama adalah pembagian tugas dan sinergisitas antar pelaku ekonomi.

Ada kemungkinan besar, peluang ekonomi ritel itu sudah dibaca oleh sejumlah pelaku ekonomi. Hal ini tidak berarti harus menyurutkan tekad untuk ambil periuk ekonomi. Justru, keluarga besar PANDAI harus jauh lebih bertekad kuat. Tak akan rugi untuk mengambil manfaat itu secara produktif, apalagi – jika digerakkan dalam lindungan PANDAI – tentu akan mendapat kemuduhan atau kelancaran. Inilah urgensinya membangun komunikasi dengan berbagai elemen elitis sebagai askes konstruktif. Bukan eksploitasi sempit, tapi pemanfaatan untuk kebangkitan bersama. 

Akhir kata, kita perlu menyambut positif atas karya baru pemerintahan ini, yang kini berhasil mengukir catatan emas. Itulah makna sosial-ekonomi dari realisasi pembangunan tol trans sumatera, meski baru ruas Palembang – bakauheni. Selamat Pak Jokowi… Anda mengukir sejarah baru, setidaknya untuk daerah dan masyarakat Sumatera. Sarat dengan nilai keadilan, di samping prospektus ekonomi.

Jakarta, 27 Januari 2021

Penulis adalah Ketua Umum Partai Negeri Daulat Indonesia (PANDAI)
Ads1

BERITA

Ads2