Makna Religius Dari Atribut Pakaian Tradisional Suku Mee
(Utu wigi, 49)
Makna religius dari atribut pakaian tradisional suku Mee yang terdiri dari :
1. Koteka, Mogee
2. Migabai, Yato
3. Kege ego, Wotii
4. Benapa, Amapa
5. Kagane, Bebane
6. Koteka Piti
7. Dan yang lain (Tune, kidu, waiyo, ogii dinai, dau dedege)
Adalah simbol religius yang memberi warning untuk bermoral atau beriman sesuai ajaran dan larangan (Touye manaa) untuk kebaikan hidup Mee di dunia dan akhirat.
Apa makna religius dari atribut atau kelengkapan dari pakaian tradisional suku Mee di Tanah Papua ?
A. ATRIBUT PAKAIAN LELAKI
Berikut hasil wawancara dengan salah satu Bapa (JD) dari kelompok masyarakat Komunitas Adat (Bunani) di wilayah Adat Meepago Dogiyai.
A : NP
Bapa JD tolong jelaskan makna atau arti dari atribut atau kelengkapan pakaian tradisional yang dikenakan kaum lelaki di wilayah pegunungan Papua, khususnya dari suku Mee ?
B : JD
Iniyaa maa maida makiyaido kouko diyo douya manaa (dou gai manaa) maa togiyawita. Migabai maki maiya, Kege ego maki maiya, Kagane maki maiya, Amapa maki maiya, Woti maki maiya, Koteka maki maiya, mogee maki maiya, Koteka piti maki maiya.
Artinya :
Semua kelengkapan atau atribut pakaian tradisional ada maknanya, baik penutup kepala (Migabai bagi lelaki, yato bagi perempuan), perhiasan leher (kege egoo, woti bagi lelaki; dan bagi perempuan), gelang (kagane), penutup dada (amaapa), penutup alat vital lelaki (koteka), penutup alat vital wanita (mogee), tali koteka (piti) dan seterusnya.
1. MIGABAI MAKI
Peu diimi koo wado tegai. Migabai kouya miyo dapu atii peu dimi yaa koo. Enaa dimi too wadogai.
Artinya :
Jangan berfikir yang negatif. Tutuplah semua pikiran negatif dengan Migabai (penutup kepala). Berfikirlah hanya yang positif.
2. KEEGE EGO MAKI
Peu manaa tewegai. Puya manaa tewegai. Peu manaa, puya manaa wegape koo, ogouda kuga kego gope egoo yago yina gokita kaa... egoo gaku katito.
Artinya :
Jangan ngomong sembarang, jangan menipu. Kalau ngomomg sembarang atau menipu, di lehermu akan terlingkar ular bergigi runcing yang siap cekik lehermu.
3. KAGANE MAKI
Mee wagi gane maa, omaa moti gane maa, kagane kouya yamo tagi atii. Ekowai gane too awi, wudi ganee too awii.
Artinya :
Menjadi tangan untuk memukul orang, menjadi tangan untuk mencuri ikatlah dengan kagane (gelang). Jadikanlah tanganmu hanya untuk bekerja, hanya untuk pengulur berkat kepada orang lain.
4. AMAPA MAKI
Boko motine kaiya kouko... benapa kouya amoo tagii atii. Boko temoti.
Artinya :
Kemarahan atau rasa emosi yang bakal meluap ke permukaan tekanlah atau tahanlah dengan amapa (penutup dada}. Jangan emosi dan marah.
5. WOTI MAKI
Woti gokeige kouko emo kegepa tekai, wakiyo kegepa awi notee. Woti wakiya danite.
Artinya :
Kalungkan woti (kalung putih berkilau) di leher memberi warning harus menahan amarah atau emosi dan jadikanlah hati yang kudus, suci atau bersih, seperti kilauan putih dari woti itu.
6. KOTEKA MAKI
Tii koteka makeige kouko dimi pinii teawi. Igaa diimi, bokaa diimi tegai...diimi woyakai notee.
Artinya :
Pakai koteka tinggi itu bermakna jangan berfikir yang pendek, pikiran yang membuat mati, pikiran yang membuat musnah… Tapi Pikirlah yang panjang untuk datangkan berkat.
7. KOTEKA PITI MAKI
Koteka pitii makeige kouko... ini epo kii bida2, waawe tiyaa tiyakee.
Artinya :
Pakai pengikat atau penahan koteka (koteka piti) di badan itu… membuat jiwa raga nyaman atau stabil, agar tidak goyah.
B. ATRIBUT PAKAIAN WANITA
Hasil wawancara dengan bapa NA dari Maatadi Dogiyai, yakni :
A : NP
Bapa tolong jelaskan bahan apa yang dipilih untuk buat atribut pakaian kaum wanita ?
B : NA
Mogee maa, agiya maa, yatoo maa koo bebi kaa keitiyaa. Agiya maa, yatoo maa yooko bebi kaa keitainaa enaa. Mogee kaa mogee kodoko gai bebi kaa toogiyawitaa meibo kaa koo.
Artinya :
Penutup alat vital wanita (mogee), noken (agiya) dan kerudung (yato) dibuat dengan kulit kayu (bebii). Noken, kerudung dan jenis karya yang lain boleh dibuat dengan jenis kulit kayu apapun. Khusus untuk buat mogee leluhur mengharuskan dibuat dengan jenis kulit kayu gai (gai bebii). Kata gai bermakna awas, hati-hati.
A : NP
Mengapa leluhur atau moyang pilihkan alternatifnya kulit kayu gai bebi untuk buat mogee, bukan kulit kayu yang lain ?
B : NA
Gai bebi kaa keitai noo meiboo kaa togiyawita kouko manaa bokooyato koo... daa tinee, mee puduu, meeiyoo puduu kou touto, totanoo tiyake. Meeiyo epaa badeniya kaa tiyake... Gai teteida kaa. Utopaa tetai teteida kaa. Mogee keitai koo gai bebii kaa toono kouko.
Artinya :
Leluhur pilih dan tetapkan mogee harus dibuat dengan kulit kayu gai itu ada maksud dan tujuannya, yakni anggota tubuh wanita yang sakral sebagai sumber mengalirnya manusia itu harus hati-hati, waspada, lindungi dalam pemanfaatan, agar keberadaan manusia (suku Mee) tergaja, lestari dan abadi sepanjang masa dan sepanjang generasi agar manusia (tidak punah) dari permukaan bumi yang dianugerahi Tuhan dan warisan sejati leluhur itu.
Kelengkapan pakaian kaum wanita yang lain, seperti yatoo makii, wotii gokii maknanya sama dengan kaum lelaki yang diwawancara sama bapa JD itu.
Demikian hasil wawancara dengan Bapa JD dan NA ihwal makna religius dari pemakaian atribut atau kelengkapan dari pakaian tradisional suku Mee di pegunungan Papua.
C. ATRIBUT LAIN
ATRIBUT LAIN, yakni atribut menari yang dipakai suku Mee pada moment suka ria atau duka cita, seperti saat pesta babi (yuwo), saat dangsa di emaidaa, saat pembayaran denda pembunuhan, saat kematian atau duka, yakni :
1. Tune,
2. Waiyo,
3. Wabu,
4. Kidu,
5. Gapa muto,
6. Yumo muto,
7. Ogi, dinai,
8. Titi patai makii patai
Penjelasan singkat dari atribut menari sebagai berikut :
1. TUNE, adalah alat menari yang dikenakan pada kepala dalam berdangsa yang dibuat dari bulu burung
ataupun tumbuhan yang berperan peragakan menarinya burung cenderawasih.
2. WAIYO, adalah Bulu burung kasuari yang dikenakan pada kepala untuk menari ataupun tidak.
3. WABU, adalah sejenis menari atau dangsa goyang koteka tanpa piti (tali koteka) yang berpangkal
pada alat vital kaum lelaki.
4. KIDU, adalah alat serupa baling baling (wayar) yang dibuat dan dikenakan pada dada dengan badan
didigoyang goyang dalam dangsa, agar baling baling atau wayar itu berputar.
5. GAPA MUTO, adalah alat yang dipergunakan dalam menari pada daun telinga untuk berdangsa.
Besaran lubang telinga dibuat sesuai maunya.
6. YUMA MUTO, adalah alat yang dipergunakan di lubang hidung (kouyobee) untuk menari ataupun
tidak.
7. OGI DINAI, adalah pemolesan dengan arang atau benda lain di seluruh badan atau atau pada anggota
tubuh tertentu dalam menari di dangsa ataupun saat berperang. Tujuan pada perang agar tidak
dibaca oleh pihak musuh atau lawan.
8. TITI PATAI, MAKII PATAI, adalah simbol berduka cita yang dipoles dengan lumpur, entah lumpur yang
tercampur dengan kotoran manusia ataupun kotoran binatang.
9. Dan seterusnya
D. GAKOO EPEGE OWAA
Intisari makna religius dari kelengkapan pakaian adat adalah simbol ajaran dan larangan yang memberi warning untuk bermoral atau beriman sesuai ajaran dan larangan Touyee, agar hidup lestari dan abadi di muka bumi dan di akhirat.
Dengan arti pentingnya kelengkapan dari pakaian adat itu, maka leluhur senantiasa menyimpan di wadah khusus yang bernama "Kugo agiya" atau "noken kehidupan" dengan barang2 sakral lain dalam rumah lelaki juga untuk kaum wanita di kuguu atau kewita...rumah perempuan yang diistilahkan simpan di Gakoo epege owaa.
Rumah lelaki (Yamewaa) ataupun perempuan adalah tempat sakral, suci, kudus bukan profan atau biasa, sehingga harus hati-hati dalam pemanfaatan.
Harus berprinsip "RUMAHKU RUMAH ALLAH", bukan tempat berjudi, bertogel, berludo; bukan bar atau tempat bermiras; bukan tempat tonton video mesum (bioskop) lewat hand phone, letop dan beraktivitas lain yang membuat kemartabatan hidup lumpuh, hancur dan binasa.
Janganlah menodai rumah kehidupan yang dirancang Allah itu. Kalau salah dimanfaatkan mutlak kemalangan atau petaka yang akan dituai ketimbang berkat dalam kehidupan... Karena kebenaran hakiki dari keberadaannya yang bisa disalahkan tapi tak bisa dikalahkan itu.
Semua obyek yang ada di lingkungan hidup Papuan, baik obyek hidup yang ada di lingkungan alam, lingkungan sosial maupun obyek hidup yang ada di lingkungan budaya ada makna plusnya yang mampu membuat hidup itu bermartabat, karena ber-arti atau ber-makna untuk kesempurnaan hidup.
Kita generasi penerus harus bertanggungjawab mengungkap semua misteri hidup Papuan yang masih tertidur lelap dalam tiap obyek hidup yang ada di lingkungan hidup itu.
Obyek tertentu jangan dipandang primitif apalagi menyangkal dan menganggap hina dan tabu, karena kebenaran mutlak (alibi) yang membuat kehidupan bermartabat berakar atau berpangkal dari sana"... Disana ada saja multi nilai yang memberi bobot terhadap kehidupan, baik secara religius, kesenian, ekonomi, politik dan seterusnya.
Bangsa yang besar ialah bangsa yang sadar dan mencintai budayanya. Itulah akar atau pondasi berperadaban hidup dari bangsa yang bermartabat di muka bumi ini.