masukkan script iklan disini
MENINJAU.COM - Lepas dari semua diktat perjuangan pemerintah provinsi Papua dalam memerangi HIV/AIDS. Perluh diketahui bahwa bila pemerintah Meepago konsisten tanpa nego-nego menyukseskan visi-misi Musyawarah Besar Papua (MUBESPA) yang dipelopori oleh Pastor Natalis Henepitia Gobai, Pr (alm). Maka, bukan barang mustahil sekali HIV/AIDS itu sudah lama tereleminasi dari pulau Papua, (https://www.papua.go.id/view-detail-berita-5630/kasus-hiv-dan-aids-tertinggi-di-nabire, Sabtu, 23-10-2021. Pukul. 18:42 WIT). Namun, Sayang hingga kini mulai dari diwacanakannya tidak ada follow Up dan Call Back dari para elit Meepago dan Papua yang saat itu hadir sebagai peserta dan sponsor. Padahal mereka masih eksis, sehat, kuat dan aktif berkarier, namun difabelnya mereka bungkam bersuara.
Pater Nato Gobai dan MUBESPA
Melihat situasi carut-marut yang terjadi di Papua pada umumnya, dan Kabupaten Nabire lebih khususnya. Terlebih mengenai isu HIV/AIDS, Miras, dan Lokalisasi, maka tidak sedikit para pejuang kehidupan di tanah Papua yang berbicara. Salah satu tokoh yang mengangkat dan berbicara soal itu dan punya passion serta komitmen kuat untuk memberantasnya hingga ke akar-akarnya ialah Pastor Natalis Henepitia Gobay, Pr, seorang imam diosesan dan Vikaris Jenderal keuskupan Timika, Pada tanggal 17-24 November 2014 tepat di Paroki Kristus Raja Nabire beliau menyelenggarkan Musyawara Besar atau MUBES lintas 5 kabupaten Meepago, yakni Nabire, Dogiyai, Deiyai, Paniai, dan Intan Jaya, (http://www.nabire.net/musyawarah-besar-pencegahan-hivaids-pemberantasan-minuman-keras-wilayah-adat-mee-pago-di-nabire-resmi-ditutup, Sabtu, 23-10-2021. Pukul. 18:45 WIT).
Banyak hal penting dan sensitif yang dibahas dan dicari solusinya dalam Mubes tersebut, (Muyapa, 2017: 36). Beberapa diantaranya perihal berkecamuknya penyakit HIV/AIDS di wilaya Meepago, khususnya Nabire yang menjadi urutan I wilayah dengan pengidap HIV/AIDS tertinggi di Provinsi Papua, juga Miras dan lokalisasi yang marak di kota Nabire, dua aspek ini menjadi indikator utama pesatnya penyebaran dan penularan HIV/AIDS di Meepago, selain pelanggaran HAM. Laki-laki asli Papua di Nabire, jika mabuk dan teller pikirannya lari ke foreplay di lokalisasi atau hubungan seks bebas, apalagi para elitnya (Memang tidak semua, namun kebanyakan demikan secara realistis), celakanya lawan jenis yang menjadi teman hubungan seks itu ialah pengidap HIV/AIDS (Banyak PSK yang mengidap HIV/AIDS di beberapa lokalisasi di Nabire), (https://suarapapua.com/2012/04/19/ini-empat-rekomendasi-mubes-masyarakat-adat-di-wilayah-mee-pago, Sabtu, 23-10-2021. Pukul. 18:49 WIT). Inilah metamorphosis atau proses pertumbuhan dan perkembangan HIV/AIDS di Meepago. Sehingga, para pionir atau pengagas Mubes menimbang dan sepakat bahwa Miras dan Lokalisasi sebagai sumber penyebaran HIV/AIDS mesti diberantas habis, Pater Nato dan kawan-kawan berargumen bahwa jika sumbernya ditutup, maka pasti penyebaran itu berhenti. Maka, komitmen yang diambil dan disahkan bersama adalah penutupan massal toko-toko atau kios-kios yang menjual Miras serta penutupan semua jenis lokalisasi yang ada di Nabire mulai dari Timur-Barat, Selatan-Utara. Komitmen ini disepakati oleh semua peserta dan sponsor Mubespa dan tinggal tunggu tanggal main.
Selain penutupan dua sumber penyebaran HIV/AIDS, melalui Kapolda Papua dan Pagdam diberlakukan Sweeping ketat pada jalur pelayaran di pelabuhan dan penerbangan di bandara, serta di kilo 100 jalan trans Nabire. Semua skema pemusnahan sumber pemusnah orang asli Papua (Selanjutnya baca OAP) dalam akihi-akhir Mubespa sudah dirancang dengan begitu cakap oleh Pater Nato dan kawan-kawan. Pater Nato berhasil merangkul pemimpin dan rakyat Papua di wilayah Meepago untuk memberantas habis semua jenis kejahatan kemanusiaan yang memusnahkan orang Melanesia di wilayah Meepago.
Bahkan beliau sempat bilang bahwa dialah yang akan menjadi koordinator lapangan penutupan toko-toko miras dan lokalisasi, saya yang akan turun deluan jika pemerintah dan rakyat takut untuk membongkar sarang-sarang setan itu. Namun, amat sangat disayangkan perjuangan Pater Nato hanya berakhir dengan wacana bukan melalui aksi yang direncanakannya. Beliau terlebih dahuluh menghadap Allah Bapa di Surga sebelum menuntaskan karya pelayanannya di bumi Papua demi keselamatan umatnya, bangsa Melanesia. Saya meyakini bahwa pasti Tuhan mempunyai Misi lain atas krisis kemanusian dan ekologis di tanah Papua pada umumnya dan kabupaten Nabire pada khususnya, ataukah ada okunm-okunum tertentu yang bermain, entahlah, kepergian Pater Nato H. Gobai, Pr dan Mgr. John Gayabi Phiilip Saklil, Pr serta P. Neles Kebadabi Tebai, Pr dan P. Yulianus Bidau Mote, Pr dan imam-imam pribumi lainnya beserta para pejabat OAP hingga kini masih menjadi misteri.
Kevakuman Mubes di Meepago dan Papua
Di sini muncul beberapa pertanyaan nakal, kenapa setelah kepergiaan Pater Nato tidak ada p

