Buruh Demo Tolak Kenaikan Harga Beras , Petani Tetap Miskin

MENINJAU.COM - Salah urus (kelola tentang pangan) fakta di lapangan saat ini khususnya di Jabodetabek kenaikan harga beras yang terus naik.

Prof DR Soemaryoto Rektor UNINDRA mengatakan bahwa tugas pemerintah mensejahterakan rakyatnya sesuai janji pada saat kampanye pada pemilu (pemilihan umum), bahwa sembako mahal itulah yang terjadi. 

Seharusnya dikelola lebih baik, perencanaan, target dan data kalau dilaksanakan hal tersebut tidak sulit.

Indonesia terkenal sebagai negara agraris namun saat ini menuju industri. Bahwa  pembangunan infrastruktur seperti tol, bandara, pabrik dan lain lain sehingga mengurangi lahan pertanian khususnya di pulau Jawa. menjadi masalah (persoalan). 

Lahan pertanian dipindahkan ke luar pulau Jawa seperti ke kalimantan, Sulawesi hal ini juga ada masalah baru seperti kesuburanya, sarana irigrasi, transportasi dan lain lain. Ujarnya di kampus UNINDRA Senin (25/9/2023).

" Kebutuhan petani juga harus di perhatikan HET (harga eceran tertinggi) ,luas lahan, pupuk, bibit, sumber daya manusia (pekerja) . Biasanya kalau panen raya harga beras jatuh tetapi jika musim paceklik  harga naik tetapi petani tidak merasakan 

Pertumbuhan penduduk , juga harus dihitung agar kebutuhanya pangan terutama beras cukup 

Beliau menilai salah urus tidak seperti pada orde Baru ada repelita (rencana pembangunan lima tahun). 

Terjadi swasembada pangan (tidak hanya beras) . Indonesia saat itu tidak pernah mengimpor beras bahkan mengekspor sebuah prestasi (keberhasilan) tidak seperti saat ini. Diduga kegiatan impor beras banyak pihak yang mengambil keuntungan,”tambahnya.

Semoga pemerintah saat ini cepat mengatasi persoalan. Agar rakyat tidak resah dengan masalah beras.
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak