TERIMA KASIH BAPAK DOKTOR BENNY GIAY

Bapak Pendeta Benny Giay secara resmi didemisioner tadi malam, Jumat, 5 Oktober 2021 dari Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua. Dan pada akhirnya Sabtu, 6 November 2021 sekitar pukul 14 lebih tadi Bapak Pendeta Tias Mom telah terpilih menjadi Ketua Sinode dalam Konferensi XI Sinode Kingmi di Tanah Papua. Tias menggantikan Benny yang sudah menjabat dua periode selama 10 tahun.

"Beruba menjadi lebih kuat" merupakan tema utama dalam Konferensi Kingmi di Timika. Tema ini melekat sekali dengan nasehat dan pesan Benny seperti dirilis Jubi Rabu (3/11/2021), bahwa tantangan dari dalam gereja sendiri, salah satunya adalah munculnya pandemi Covid-19, yang melanda seluruh dunia.

“Di antaranya Covid-19. Corona ini satu masalah yang sangat berpengaruh buat gereja kami, sama seperti masyarakat gereja di Tanah Papua dan bagian dunia lain,” kata Benny.

Selain nasehatnya terkait pandemi Covid-19, tantangan lain yang dihadapi, kata Benny, adalah terkait isu politik, rasisme, hingga militerisme.

“Termasuk masalah-masalah yang sudah diungkapkan LIPI sebagai empat akar masalah di Papua, yaitu rasisme, kegagalan dalam pembangunan, pemerintah dalam membangun ekonomi, masyarakat Papua dalam kesehatan dan pendidikan. Lalu ada perbedaan pandangan terhadap sejarah Papua dan pelanggaran HAM,” katanya.

Sebagian besar penyebaran jemaat Kingmi berada di wilayah adat Lapago sebanyak 10 kabupaten dan Meepago enam kabupaten. Sejumlah kabupaten di antaranya hingga kini berstatus ‘daerah konflik’ seperti Nduga, Puncak, Intan Jaya, Dogiyai, dan Yahukimo.

Di akhir nasehatnya, Benny mengatakan, "Bagaimana kita akan menjaga obor Injil supaya tetap menyala di tanah ini? Apa upaya kita supaya bendera Kristis tetap berkibar? Mari kita menerima utusan Tuhan hari ini dan berubah untuk menjadi kuat."

Benny Giay adalah guru dan gembala bagi bangsa Papua seperti kata Markus Haluk dalam Jubi, Kamis (4/11/2021).

"Terima kasih kepada Bapak Doktor Benny Giay. Selama 10 tahun sudah menjadi guru dan gembala bagi bangsa Papua, sudah memegang tongkat gembala Papua,” kata Markus.

Benny adalah intelektual tertua di Papua di generasi ini. Ia adalah antropolog, sejarawan, aktivis HAM, akademisi, dan teolog. Para pemimpin Dewan Gereja Papua, Pastor Pribumi Papua, Dewan Adat Papua, dan ULMWP memandangnya sebagai guru dan sumber pengetahuan, dan gembala bagi bangsa Papua.

"Di hadapan kami Benny tidak pernah menyinggung soal Tuhan dan Alkitab. Ia benar-benar tunjukan dirinya sebagai aktivis HAM." kata Haris Hazhar dalam sebuah diskusi di Jayapura.

Benny benar-benar seorang ahli. Mampu menempatkan diri dimana saja dan kapan saja.

Menurut saya, proses perjuangan orang Papua sampai saat ini ia pandang sebagai momen-momen yang selalu berulang-ulang. Sudah beberapa masa momen penting sejarah Papua yang ia lalui. 

Ini membuatnya selalu hadir dalam ruang-ruang kosong pergerakan perjuangan orang Papua. Ketika suara-suara itu dibungkam atau suara-suara itu ditutupi, ia selalu hadir dalam kekosongan-kekosongan itu. Mengisinya dengan suara-suara gembala.

Di usia yang sudah tua, Benny masih menggeluguti sunyi, bersama banyak laporan, terjemahan kajian sejarah dan antropoligi, dan buku-buku yang ia selesaikan. Ia sangat mencintai literasi.

"Ketemu kamu ana-ana muda ni macam buat sa kembali di masa-masa muda dulu." sambil senyum ia mengatakan kepada kami di suatu kesempatan di Asrama Nduga, Abe, Jayapura.

Di usia yang tua ini ia terlihat semakin dilema. Mungkin ia berpikir semangat dan pengetahuan terus maju tetapi kondisi tubuh yang semakin tua.

10 tahun sudah ia memimpin Gereja Kingmi. Sisah hidupnya mungkin akan ia habiskan di sunyi, bersama deret huruf dan angka. 

Terima kasih sudah memimpin Kingmi di Tanah Papua bapak teladan dan guru bagi bangsa Papua. Nasehatmu menjadi tugas kita, walau menjadi sepertimu mungkin masih sangatlah berat.

Disadur dari facebook: Mikael Kudiai
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak